Yogyakarta, WACANATERKINI.COM ---
Taman Sesaji Nusantara kembali melakukan terobosan dalam usaha pelestarian dan pengembangan Budaya Indonesia dengan membuka pawiyatan aksara yang di beri nama “Pawiyatan Tan Triguna,"
Acara dimulai tepat jam 15.00 WIB, diawali dengan hening samadi selama 15 menit yang dipimpin oleh Ketua Umum Taman Sesaji Nusantara, Eko Hand. Sebenarnya pawiyatan Aksara Taman Sesaji sudah berjalan sejak mulai 05 Januari 2025, namun pada kesempatan ini, hari Minggu Wage, 16 Februari menjadi hari yang spesial, katanya.
karena kehadiran Kasi Bahasa dan Sastra Disbud Prov. DIY, Bapak Setyo Amrih Prasojo, S.S.,M.Pd, yang akrab di panggil Setyo Amrih.
Kehadiran beliau menjadi suport energi, yang tentunya menjadi gairah baru bagi Pawiyatan Tan Triguna dan Taman Sesaji Nusantara. Keberadaan Pawitan Aksara ini setidaknya sudah diketahui secara langsung oleh Kasi Bahasa dan Sastra Disbud Prov. DIY.
Tentunya kehadiran beliau disambut baik oleh :
1. Kadiv Pawiyatan Taman Sesaji Nusantara, Ki Supriyadi, S.Fil.
2. Ketua Umum Taman Sesaji Nusantara, Eko Hand.
3. Dewan Pembina Taman Sesaji Nusantara, Drs Hartono Munandar, AP, yang lebih akrab dikenal dengan nama Hangno Hartono.
“Aksara adalah jembatan dan pintu masuk utama yang mengantar kita untuk mengakses ratusan ilmu pengetahuan leluhur asia tenggara kepulauan.
"Bagaimana mungkin kita bisa terhubung dengan keluhuran keilmuan leluhur jika kita melakukan kajian keilmuannya menggunakan aksara latin yang adalah aksara asing," jelasnya.
Secara pengejaan, makna, rasa dan taksunya jelas berbeda.
begitu penggalan sambutan Ketua Umum Taman Sesaji Nusantara, Eko Hand, dalam acara pembukaan Pawiyatan Aksara Kawi.
Perkembangan Aksara di Nusantara, khususnya di jawa mengalami beberapa fase perubahan seiring dengan pergeseran idiologi kekuasaan pada era kerajaan di masa lalu. Sehingga terjadilah dinamika kebudayaan, termasuk perubahan bentuk pada aksara sebagai usaha kapujanggan untuk menyusun identitas kekuasaan baru pada masa itu.
Ki Supriyadi, S.Fil, Kadiv Pawiyatan Taman Sesaji Nusantara menyampaikan, “Aksara Nusantara, khususnya Aksara Jawa, dari sejarah perkembanganya mengalami evolusi yang cukup signifikan.
Berdasarkan era penggunaannya, maka Taman Aksara Tan Triguna menyusun silabus tahapan pembelajaran dari yang paling muda, yaitu :
1. Pawiyatan Aksara Jawa (carakan)
2. Pawiyatan Aksara Kawi
3. Pawiyatan Aksara Pallawa
4. Pawiyatan Aksara Nusantara.
Aksara Kawi dan Aksara Pallawa menjadi penting karena sebagai jembatan untuk mempelajari aksara-aksara lainnya di Nusantara.
karena 14 aksara-aksara Nusantara yang sudah terverifikasi kebanyakan mirip-mirip dengan Aksara Kawi dan Pallawa.
Dalam sambutannya, Setyo Amrih, menyampaikan “Aksara-aksara Nusantara terutama aksara yang berkembang di jawa adalah cerminan kehidupan, yang dibuat dan disusun mewakili bunyi, mewakili kenyamanan posisi lidah, mewakili kenyamanan pendengaran dan kenyamanan rasa batin. ujarnya minggu (16/2/2025).
Aksara kita ini oleh leluhur dibuat berdasarkan kecerdasan mental dan pengendapan kesadaran spiritual yang mendalam, sehingga memiliki pancaran kekuatan atau kharisma (perbawa) yang mampu merubah pola pikir, tingkah laku dan cara bertutur kata bagi siapapun penggunanya. katanya.
Selain di Pawiyatan Tan Triguna ini, beliau mendaskan bahwa beliau juga selalu menyampaikan kepada komunitas-komunitas budaya, kelompok penghayat dan spiritual. Untuk mengkaji ajaran, pesan dan ilmu pengetahuan leluhur bangsa Indonesia.
ini juga menyertakan kaji rasa pada pelafalan aksaranya, karena kajian rasa dalam pelafalan aksara ini menyentuh sampai pada arah pikiran, batin dan pola nafas dengan sendirinya akan terposisi dengan benar tanpa harus dikondisikan.
Pada suku-suku di seluruh wilayah Indonesia, terutama suku jawa ini banyak menyimpan kaweruh lelungidan di setiap karya-karya, antara lain :
• Sitem Ilmu Pengetahuan, yaitu aksara, bahasa dan sastra
• Sistem Keyakinan (bilieve sistem), yaitu berupa mantra, tembang-tembang spiritual, kidung, seloka, ritual, laku dll
• Sistem Teknologi, yaitu pada sistim arsitektur (rumah joglo, limasan, candi, relief, archa, pripih dll), prasasti dan tosan aji
• Sesaji, di dalam sesaji ada ilmu pengetahuan, di dalam ilmu pengetahuan ada sesajinya.
• Seni, di kalangan masyarakat jawa, seni dipahami sebagai persembahan yang terbaik kepada Hyang.
Seni adalah bagian dari aktivitas ritual sehingga di dalam karya-karya seni selalu mengandung pesan, ajaran dan ilmu pengetahuan yang mendalam.
misalnya pada gamelan, wayang, beksan, dan berbagai karya seni lainnya.
Jadi jangan heran dan jangan kaget, bagi seulur-sedulur semua penggiat aksara kawi yang nantinya secara tidak sengaja membuka kotak pandora, itu adalah resiko positif yang memang sudah menjadi pulung masing-masing.
kelakar Setyo Amrih, diantara banyak sekali pola menikmati pembelajaran dan pola respon/analisis terhadap aksara kawi dan aksara-aksara Nusantara lainnya.
Hangno Hartono menyambut baik dan menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kasi Bahasa dan Sastra Disbud Prov. DIY, para pengurus Taman Sesaji Nusantara, para jejaring komunitas yang hadir dan para peserta Pawiyatan Aksara Kawi.
Aksara adalah penting, karena aksara adalah sistem pendokumentasian verbal, dalam hal ini bahasa.
Seperti yang kita ketahui Aksara Jawa dan Aksara Kawi, Aksara Pallawa dan Aksara-aksara Nusantara ini memiliki filosofi dan fungsi yang sangat dahsyat.
Maka perlu langkah-langkah taktis dan strategis untuk mengembangkan pawiyatan ini agar lebih maju dan berkembang lagi.
Pola TOT (training to trainer), belajar untuk menjadi pengajar itu sangat tepat dan mengena, karena harapannya Pawiyatan Aksara ini menjadi semakin besar, dengan pola TOT secara otomatis Pawiyatan ini akan melahirkan guru-guru aksara yang akan membantu di pawiyatan ini dan menjadi pengajar aksara dimanapun dia berada,” Hangno Hartono menyampaikan antusiasmenya dengan penuh semangat, tutupnya (fqh).